Source: letterboxd.com
Film horor memang ga ada matinya, selalu bisa jadi magnet dalam dunia perfilman Indonesia. Ditambah film jenis ini selalu dicari dan laku di pasaran. Sebenarnya penonton yang menikmati film horor ini hanya mengenyangkan hasrat terpendam di bawah alam sadarnya mengenai hal-hal yang diluar nalar dan rasa penasaran yang luar biasa. Sigmund Freud, seorang pakar psikoanalisis menyatakan juga bahwa hasrat terpendam manusia di bawah alam sadar dan horor berasal dari sesuatu yang ganjil, ditandai dengan kemunculan imaji dan pikiran dari ide primitif manusia yang sebelumnya tertekan oleh ego yang beradab. Aristoteles juga menyatakan bahwa manusia memang senang dengan kisah-kisah seram penuh kekejaman karena bisa membawa katarsis atau kelegaan emosional dalam dirinya. Hasilnya, genre horor punya ruang khusus dalam diri manusia, bahkan kamu juga pasti penasaran baik yang suka atau engga dengan film jenis ini :D
Namun terkadang ekspektasi menonton film horor ga bisa selalu terpenuhi. Ada yang kecewa, menyesal, puas bahkan ngerasa biasa aja setelah menonton atau ada film horor yang memang kurang peminatnya. Pasang surut film horor di Indonesia sendiri memiliki perkembangan dan cirinya dari zaman ke zaman loh. Dagelan akan memberikan rangkuman mengenai film horor Indonesia yang harus kamu ketahui.
1. Tahun 1934
Source: cinemapoetica.com
Dilansir dari laman cinemapoetica, film bernuansa seram pertama di Indonesia berjudul Ouw Peh Tjoa atau Doea Siloeman Oeler Poeti en Item. Kisah ini menjadi film kedua di Indonesia setelah film pertama nya yakni Loetoeng Kasaroeng pada tahun 1926 loh. Dengan di sutradarai oleh The Teng Chun, Ia memproduksi film tersebut bersama Cino Motion Pictures. Film ini berkisah tentang dua siluman ular yang ingin menjadi manusia dan menginginkan cinta dari manusia yang bernama Khouw. Selanjutnya, perkembangan film horor berkembang dengan cepat setelah munculnya film drama romansa berjudul Terang Boelan produksi Nederlandsch Indie Film Syndicaat yang disutradarai oleh Albert Balink dan sangat laku di pasaran dengan memakai pemain-pemain sandiwara dalam filmnya pada tahun 1937.
2. Tahun 1940 - 1941
Source: plus.google.com
Perusahaan Java Industrial Film milik The Teng Chun memproduksi 15 film termasuk film horor yang berjudul Tengkorak Hidoep pada tahun 1941 karya Tjoe Hock dan laku dipasaran. Film ini hadir karena pengaruh petualangan ke hutan belantara ala film Tarzan dengan bintangnya yang sangat terkenal saat itu. Film yang bercerita mengenai ekspedisi ke pulau Mustika yang terkenal angker karena ingin menyelamatkan keluarganya yang hilang di laut dan diduga ada di pulau tersebut, lalu tokoh ini bertemu dengan suku liar yang tetuanya bisa menjelma jadi jerangkong. Ada hal baru yang pada zamannya disebut hal yang menakjubkan dan keren seperti adegan efek petir dan tengkorak begerak loh.
3. Tahun 1971
Source: : allhorror.com
Saat Jepang datang ke Indonesia pada tahun 1942, secara otomatis menghentikan pertumbuhan film di Indonesia juga. Jepang yang sedang melakukan Perang Pasifik itu menggunakan berbagai media sebagai sarana propaganda, dari siaran radio, koran, sandiwara sampai film. Saat Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1949, setahun setelahnya dunia perfilman mulai bangkit. Film horor mulai kembali pada tahun 1971 dengan film psychological horror berjudul Lisa karya M. Syarieffudin dan Beranak dalam Kubur karya Awaludin dan Ali Shahab, film ini merupakan debut awal dalam karir Suzanna.
Film Lisa menceritakan mengenai seorang ibu tiri yang ingin membunuh anak tiri yang saat itu suaminya sudah meninggal bernama Lisa demi mendapatkan harta sang suami secara utuh. Namun Lisa, diselamatkan oleh dokter baik hati. Selanjutnya sang ibu tiri diteror bayangan Lisa sampai ketakutan. Bahkan, saat Lisa kembali ke rumah, saking takutnya sang ibu tiri malah lari ketakutan dan masuk ke jurang.
Film satanic/demonic horror yang berjudul Beranak Dalam Kubur sendiri menceritakan tragedi yang menimpa sebuah keluarga pemilik perkebunan di sebuah desa. Awalnya Lila yang diperankan oleh Suzanna harus meninggalkan perkebunan dan pergi ke kota karena ga disukai oleh ibu dan saudara tirinya dan selanjutnya tokoh antagonis ini menguasai usaha perkebunan sang ayah yang lumpuh. Setelah dewasa dan menikah, Lila bersama suaminya kembali ke kampung halaman. Konflik semakin memanas, saudara tirinya yang kejam dan pencemburu berusaha mati-matian melenyapkan Lila. Setelah beberapa kali gagal akhirnya ia berhasil membunuh Lila yang sedang hamil tua dan menguburnya. Hantu Lila pun gentayangan lalu meneror Dora dan meresahkan warga desa perkebunan tersebut.
Film Beranak dalam kubur sangat laris dan memiliki banyak peminat. Setelah itu, ga lama kemudian ada 22 judul film horor bermunculan pada tahun 1972 sampai tahun 1980 loh. Bahkan tahun 1981 sampai 1991, Indonesia sudah memiliki film genre horor sebanyak 84 film. Dari 84 film horor ini, sebanyak 16 film horor dibintangi oleh Suzanna dan membuatnya semakin terkenal dan dijuluki ratunya horor Indonesia.
4. Tahun 1970 – 1990an
Source: hot.detik.com
Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998 ini memengaruhi perfilman horor Indonesia loh. Karena tumbuh kembali di masa Orde Baru, film horor pun membiasakan diri dengan kondisi sosial dan politik saat itu dengan rezim yang dibangun di atas lautan darah manusia. Di tahun-tahun tersebut, horor identik dengan berbau seks, kekerasan, dan komedi. Bahkan adegan panas berani banyak dilakukan oleh aktor-aktornya. Ditambah ada karakter bernama Bang Bokir yang menambah kelucuan di dalam film horor. Film-film seperti Sundel Bolong (1981), Nyi Blorong (1982), Malam Jumat Kliwon (1986), Ratu Buaya Putih (1988) dan Wanita Harimau (1989) ternyata sangat laku di pasaran saat itu dan memunculkan ikon-ikon baru dalam dunia perfilman horor dari kuntilanak, sundel bolong, pocong, genderuwo sampai Nyi Roro Kidul.
Di era tersebut, terdapat kebijakan pemerintah yang turut membantu mengurangi kuota film luar negeri, yang menjadikan minat film Indonesia menjadi lebih tinggi. Di tambah adanya kode Etik Produksi Film Indonesia pada 1981 yang mengharuskan dalam produksi film nasional untuk menjaga moral bangsa. Hal itu menyebabkan selalu munculnya tokoh agama dalam film horor saat itu sebagai solusi akhir dalam menghadapi hantu.
Pada tahun 1990an, dunia perfilman mengalami kemunduran lagi. Hal ini dipicu setelah munculnya sejumlah stasiun televisi swasta nasional seperti SCTV, ANTV, TPI, Indosiar dan RCTI yang membuat masyarakat memilih hiburan baru yang lebih mudah dan gampang dijangkau. Ditambah krisis ekonomi dan runtuhnya rezim Orde Baru pada Mei 1998.
5. Tahun 2000-an
Source: bisokop.blogspot.com
Genre horor bangkit kembali dalam acara televisi seperti acara Uji nyali pada awal 2000-an yaitu Dunia Lain di stasiun Trans TV. Lalu mengikuti acara sejenis Uka-Uka di TPI, Ekspedisi Alam Gaib di TV7, hingga Pemburu Hantu di Lativi dan sebagainya. Tren ini langsung diikuti dengan munculnya film Jelangkung pada tahun 2001 karya Jose Poernomo dan Rizal Mantovani.
Film Jelangkung sendiri menceritakan mengenai empat kawanan dari Jakarta yang penasaran mencari penampakan hantu sampai mendatangi desa Angkerbatu, Jawa Barat. Di sana mereka melakukan ritual jelangkung untuk memanggil arwah yang berujung pada kemunculan berbagai peristiwa aneh dan menyeramkan. Tren uji nyali ala anak muda ini terus popular saat itu dan melahirkan film-film sejenis seperti Pulau Hantu (2007) karya Jose Purnomo, Hantu (2007) karya Adrianto Sinaga, Air Terjun Pengantin (2009) karya Rizal Mantovani dan semuanya menyasar pasar anak muda.
Entah mengapa film horor kembali memakai cara lama dengan menambahkan bumbu seks dan komedi seperti adanya wanita seksi dan tokoh ‘yang terlihat bodoh’ sebagai pencair suasana. Ekstrimnya, beberapa film horor juga menampilkan artis porno betulan dari luar negeri (walaupun hanya sebagai bintang tamu) sebagai daya tarik penonton. Contohnya seperti Rin Sakuragi dalam Suster Keramas (2009), Maria Ozawa dalam Hantu Tanah Kusir (2010) dan sebagainya. Ditambah datangnya film dari luar seperti film Scream (1996) karya Wes Craven dan Ringu (1998) karya Hideo Nakata membuat film horor Indonesia seperti film horor Jepang, kayak film berjudul Ada Hantu di Sekolah (2004) karya Koya Pagayo dan Mirror (2005) karya Hanny R. Saputra. Bahkan, beberapa tempat wisata misteri juga sempat diangkat dalam film loh seperti film berjudul Hantu Jeruk Purut (2006) karya Koya Pagayo, Rumah Kentang (2012) karya Jose Poernomo dan sebagainya
6. Tahun 2010- sekarang
Source: idntimes.com
Kamu mungkin menyadari, saat itu perfilman horor Indonesia mengalami titik jenuhnya. Karena film horor sama dengan film biru yang ga meninggalkan kesan seram yang begitu menakutkan dan komedi yang seakan dipaksakan. Namun secara perlahan, film horor Indonesia kembali membawa suasana baru dengan hadirnya film zaman doeloe seperti Pengabdi Setan dengan sutradara Joko Anwar yang didandani dengan apik. Film Pengabdi Setan yang pertama pada tahun 1982 dan disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra ini dibuat kembali dengan cara seseram mungkin dan berhasil melahirkan film horor yang beneran seram dengan suasana seram yang segar serta kerinduan dan rasa penasaran masyarakat mengenai film horor masa lalu. Dengan menggaet empat juta lebih penonton dan tayang di 42 negara lain termasuk Belanda, Singapura, Thailand, Spanyol, dan Taiwan.
Selanjutnya film sejenis mulai bermunculan dan bahkan bersaing dengan menampilkan sisi keseraman yang semenarik mungkin untuk menggaet minat penonton. Bahkan film horor legendaris Suzanna akan ‘dihidupkan’ kembali pada bulan Desember dengan judul Bernapas dalam kubur. Dengan maraknya film horor luar seperti The Conjuring, Insidious sampai Annabelle memengaruhi perfilman horor Indonesia dengan hadirnya film sejenis, seperti film berjudul Sabrina, Tarot, The Doll, Asih dan sebagainya. Serta munculnya film horor berdasarkan kisah nyata dari seorang indigo bernama Risa Saraswati dan membuat beberapa film horor yang laris seperti Danur, Asih dan Danur 2: Maddah.
Apa film horor Indonesia favorit kamu?
Source: tatkala.co
from Dagelan.co https://ift.tt/2CKpe0b
via Obat Penumbuh Rambut
0 Komentar